Pengantar: John Harricharan
[seri terjemahan dari ebook Joe Vitale—The Greatest Secret Of Money-Making in History!] memenuhi janji saya di Aku Cinta Uang.
Saat itu cuaca sangat terik, di suatu musim panas beberapa tahun yang lalu. Saya sedang mengendarai mobil untuk mengambil dua barang di toko sayur. Beberapa hari terakhir saya sangat sering belanja di supermarket karena seperti saya tidak mempunyai uang yang cukup untuk belanja sekaligus kebutuhan satu pekan.
Anda tahu, istri saya yang muda belia, baru saja mengalami pertempuran hebat yang tragis melawan kanker. Dan dia meninggal beberapa bulan lalu. Saya tidak punya asuransi—banyak biaya yang harus dibayar dan tumpukan tagihan yang menggunung. Saya bekerja paruh-waktu, uangnya hanya cukup untuk memberi makan dua anak saya yang masih kecil. Segalanya terlihat buruk—sangat buruk.
Dan begitu juga hari itu, dengan hati suntuk dan empat dolar dalam kantong, saya dalam perjalanan ke supermarket untuk membeli segalon susu dan sepotong roti. Anak-anak kelaparan. Saya harus memberi mereka makan. Ketika saya berhenti di lampu merah, saya perhatikan di sebelah kanan saya, seorang pria, seorang wanita muda dan seorang anak kecil di rumput seberang jalan. Panas tengah hari membakar mereka tanpa ampun.
Si pria memegang papan bertuliskan, “Bekerja apa saja untuk makanan.” Si wanita berdiri di sampingnya. Memandangi mobil-mobil yang sedang berhenti. Si anak, usianya kira-kira dua tahun, duduk di rumput memeluk boneka bertangan satu. Saya memperhatikan semuanya dalam tiga puluh detik sampai lampu berubah hijau.
Saya sangat ingin membagi sebagian uang saya kepada mereka. Tapi, jika saya melakukan hal itu, uang saya tidak akan cukup untuk membeli susu dan roti. Empat dolar, itulah harapan yang saya punya saat itu. Ketika lampu berubah hijau, saya menatap ketiga orang itu penuh penyesalan (karena tidak membantu mereka) dan merasa sedih (karena saya tidak punya cukup uang untuk dibagi kepada mereka).
Sepanjang perjalanan, saya tak dapat melupakan bayangan ketiga orang itu. Kesedihan, mata sendu keluarga muda itu tinggal dalam ingatan saya selama beberapa mil. Sampai akhirnya saya tak dapat menahan perasaan itu lagi. Saya merasa kesakitan dan harus melakukan sesuatu. Saya memutar balik dan kembali ke tempat saya melihat mereka tadi.
Saya menepi dan berhenti di dekat mereka. Lalu, memberi dua dolar dari empat dolar yang saya punya kepada si pria. Air mata menetes dari matanya ketika dia mengucapkan terima kasih. Saya membalasnya dengan senyum dan mengemudi lagi ke supermarket tujuan saya. Mungkin susu atau roti sedang diskon, pikir saya. Dan bagaimana jika hanya susu, atau roti yang dapat saya beli? Ya, itulah yang akan terjadi.
Saya berhenti di tempat parkir, masih memikirkan semua kejadian tadi. Saya senang dengan apa yang telah saya lakukan. Ketika turun dari mobil, kaki saya terantuk sesuatu di lantai semen. Kaki saya menendang uang dua puluh dolar. Saya tidak percaya kejadian itu. Mata saya mengedari seluruh ruangan parkir, tangan saya gemetar mengambil uang itu. Kemudian saya berjalan masuk ke toko, membeli tidak hanya susu dan roti, tapi beberapa barang lain yang sangat saya butuhkan.
Saya tidak pernah melupakan kejadian hari itu. Peristiwa tersebut mengingatkan saya bahwa semesta (universe) sangatlah aneh dan misterius. Hal itu menegaskan kepercayaan saya bahwa tak pernah ada kata rugi karena memberi kepada semesta (universe). Saya memberi uang dua dolar dan mendapat balasan dua puluh dolar. Dalam perjalanan pulang dari supermarket, saya singgah lagi ke tempat keluarga yang kelaparan tadi dan berbagi lagi beberapa dolar dengan mereka.
Kejadian tersebut adalah satu dari banyak kejadian lain dalam hidup saya. Sepertinya semakin banyak kita memberi, semakin banyak yang kita dapat. Hal itulah,mungkin, satu dari hukum universal yang berbunyi, “Jika kamu ingin menerima, kamu harus memberi lebih dulu.”
Ada pepatah singkat yang mengatakan:
“Ada seorang pria, mereka menyebutnya gila,
Semakin banyak dia memberi, semakin banyak yang kembali.”.
Jangan percaya begitu saja dengan cerita saya. Tapi jujurlah kepada hati. Cobalah untuk memberi dan anda akan terkejut dengan hasil yang terjadi. Secara umum, balasan-balasan itu tidak langsung berasal dari orang yang kita beri. Semuanya berasal dari sumber-sumber yang tidak bisa kita bayangkan. Jadi, berbagi adalah jalan menuju kekayaan.
Cobalah memberi kesempatan kepada prinsip universal. Beri kesempatan kepada diri anda. Prinsip-prinsip universal selalu berjalan sempurna.
Terkadang balasan dari memberi terjadi seketika seperti cerita nyata di atas. Dilain waktu, akan memakan waktu lebih lama. Tapi yakinlah akan hal ini: Memberi dan anda akan menerima—anda akan menerima berlipat-lipat dari yang anda beri.
Dan ketika anda memberi, jangan melakukannya dengan hati yang ketakutan. Tapi hati yang penuh syukur. Anda akan takjub bagaimana semua berjalan sempurna. Bukalah gerbang kekayaan hidup anda dengan memberi sedikit dari apa yang anda miliki kepada yang membutuhkan. Seperti yang dikatakan Guru besar, “Berilah dan semuanya akan diberikan kepadamu… .”
Cobalah. Anda akan menyukainya.
John Harricharan adalah penulis “When You Can Walk on Water, Take the Boat” yang memperoleh penghargaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar